Kamis, 21 Juni 2012

Pernikahan Neng Siti Kholis

Selaksa keagungan cinta mulai mempersatukan dua hati. Terdengarlah keajaiban cinta menuntut segalanya. Menuntut para insan untuk bisa bahagia diatas letupan cinta yang terakadkan pada hari ini. Ya, sebuah perayaan cinta menggertak para bujang untuk bersedia menyusul para pahlawan cinta yang telah mencapai mahligai percintaan.

‘Uqail Ibn Abi Thalib, sang pengantin; dirundung kegundahan besar ketika mendengar kawan-kawannya berdo’a, “ Bir Rafaa’I wal baniin, semoga bahagia dan banyak anak.!”. lalu apa bedanya dengan do’a-do’a yang sering terdengar, “Selamat menempuh hidup baru, semoga bahagia dunia dan akhirat,” Atau, Semoga mendapatkan sakinah, mawaddah, warahmah”.

Akan tetapi, kegudahan beliau mendengarnya terasa menyayat. Uqail begitu paham ada yang harus diluruskan dalam hal itu. Uqail tidak perlu menunggu untuk meluruskannya, karena (bagi dia), meluruskan saat ini akan terus didingat dan dikenang untuk pembaca do’a. Dan bagi beliau sendiri, jika di diamkan beberapa lalu, maka tentu jiwa-nya selalu gundah, gelisah. Ya, saat itulah ia beraksi.

“Janganlah kalian demikian, karena sesungguhnya Rasulullah telah melarangnya”, Kata Uqail.

Lalu kita harus bagaimana? Harusnya doa seperti apakah itu??

Uqail melanjutkan perkataanya dengan senyum yang sangat merekah,

“ Ucapkanlah, Barkallahulaka wabaroka ‘alaika, wa jama’a bainakuma fi khair, Semoga Allah karuniakan barokah kepadamu, dan semoga Ia limpahlkan baraokah atasmu, dan semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan.” Setelah mengucapkan itu, berbinar mata Uqail seolah-olah memberikan pesan kepada orang yang diingatkan tentang murni pelurusan itu.

Subhanallah….!

Ada banyak yang mesti kita luruskan dan harus diperbaiki. Dalam pernikahan salah satu pahlawan Rumah Qur’an Bina Ukhuwah kemarin, menyisakan begitu banyak makna bagi kami. Sudah saatnya kami mulai serius dan menajamkan hati dan pikiran untuk mulai meniti jejak-jejak yang telah ditorehkan oleh para pahlawan pedahulu kami di Rumah Qur’an Bina Ukhuwah. Masih teringat jejak Pernikahan Akh Maman yang sempat duhadiri kala itu oleh Syekh yang kebetulan jaulah ke Indonesia. Masih teringat pula jejak pernikahan Akh Yana Nuryana Fatah yang membuat ngiri para tetangga Istrinya, pasalnya, begitu sangat meriah. Maklum saja, Seluruh Civitas Akademi Al-Multazam berbonding-bondong kesana.

Berbicara tentang masalah doa ini Barkallahulaka wabaroka ‘alaika, wa jama’a bainakuma fi khair, ada pengertian yang sangat luar biasa bagi kami. Tertuju pada kata ‘LAKA’ dan ‘ALAIKA’ yang terselip dalam do’a itu. Teryata kita harus mengabadikan kata-kata itu dalam benak kita.

Sesungguhnya bentuk gabungan preposisi + nomina la+ka (kepada+mu) memiliki arti siratan yang sangat berbeda dengan ‘alai +ka (atasmu). Yang pertama memberi siratan bahwa barokah yang kita harapkan pada hal-hal yang kita sukai, sednagkan pada yang kedua memberikan pengertian bahwa barokah yang kita doakan senantiasa ada pada hal yang tidak kita sukai. Singkat kata, yang pertama berarti barokah dalam hal yang baik. Yang kedua berarti barokah dalam hal buruk. Ini seperti kata-kata dalam Albaqoroh la+haa maa kasabat dengan ‘alai+haa maktasabat.Lihat terjemahannya! Artinnya satu amal kebaikan dan yang kedua amal nista. Wallahu A’lam.

Hari itu, hari yang berbahagia bagi kami segenap pengurus Rumah QuranBina Ukhuwah. Tentu yang lebih berbahagia adalah Teh (begitu sapaan kami yang khas) neng Siti Kholis. Keindahan cinta yang terukir kemarin akan sangat menyejarah dan membuahkan Insya Allah jundi-jundi dakwah yang menceburkan diri kepada barisan generasi Qurani.

Dan tentunya, kami masih ingat dan paham akan petuah (begitulah kami mengingatinya) Sang Direktur, Al Akh Asep Taufik Ismail (Semoga Allah menjaganya dalam hal-hal yang Allah tidak sukai) yang pernah mengatakan kepada kami sesuatu. Ya, sesuatu itu kami aminkan ketika itu.

“Jangan sampai setelah menikah, kita meninggalkan Rumah Qur’an Bina Ukhuwah.” Atau dalam gubahan kami, “Jangan sampai berencana untuk jauh dan meninggalkan rumah quran.”

Labbaik ya Akh, Rumah Quran bukan batu pijakan kepada pernikahan. Karena ketika sebagaimana sebuah pijakan, ketika tujuannya tercapai, ia akan meninggalkan pijakan itu. Tentu saja kami memahami dengan wasiat beliau walau dengan canda tawa ketika itu, akan tetapi yang kami harus pahami, akan banyak hal-hal yang baru ketika sudah menikah. Akan ada hal-hal yang membuat pikiran, hati, dan gerakan yang terkuras yang boleh jadi, Rumah Quran Bina Ukhuwah di nomor…setelah itu. Dan Inilah yang harus kita pahami. Tapi selayaknya memang seperti itu, kami sangat menunggu do’annya, masukannya, sedikit perhatiaanya kepada Rumah Qur’an Bina Ukhuwah, karena kami tidak mau kehilangan para pahlawan kita saat ini. Pemahaman inilah yang kami dapatkan dari petuah ini. Semoga saja menjadi ibrah bagi diri kami.

Selaksa cinta begitu menyelimuti kami semua, Kebahagian akan terus bermula dari hati orang-orang yang terus mencintai kebaikan. Karena jika bermula dari kebaikan, maka akhiri pula dengan kebaikan.

Kami, segenap pengurus Rumah Quran Bina Ukhuwah dengan sepenuh hati, sepenuh cinta ukhuwah, dan sepenuh ketulusan mengucapkan,

“Barkallahulaka wabaroka ‘alaika, wa jama’a bainakuma fi khair”. Kepada Teh Neng Siti Kholis dan Ibal.

(Jum’at pagi barokah, 22 Juni 2012)

2 komentar:

  1. Iya, maksudnya akh Iqbal meureun. hehe.. tapi mantap nie tulisannya :)

    BalasHapus

Popular Posts