Rabu, 27 Juni 2012

Bahagiakan hati dengan Ilmu

Ikhwah….

Saya selalu terheran dengan kondisi jiwa-jiwa yang tidak mau untuk memaknai sebuah kehidupan, saya terlalu sedih untuk memikirkan ketumpulan hati dan jiwa yang tidak selalu diasah. Ketakutan kepada ketumpulan itu selalu melayang dalam benak-benak pikiran saya saat ini. Ketumpulan hati adalah pada saat kita merasa hidup, kita merasa bahwa penderitaan, kesedihan, dan cobaan selalu memenangkan diatas kebahagian, kesenangan, dan kenikmatan. Kita merasa bahwa kita-lah yang paling tidak bahagia, kita-lah yang paling menderita, dan kita-lah yang paling sengsara.

Saudaraku…

Padahal, Allah telah berfirman dalm surat Al-Mulk ayat 2 dengan isyarat yang menurut saya sangat mengena, seolah-olah sebagai ibrah yang kuat,

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Kehidupan dan kematian kita, kebahagian dan kesedihan kita, sudah Allah rancang dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi diantara itu, Allah ingin melihat pada diri kita siapakah yang paling bersungguh-sungguh dalam mengahdapi keduanya. Siapakah yang paling ikhlas beramal, siapakah yang paling bermanfaat bagi ummat, siapakah yang paling jujur dalam amalnya. Allah Maha Melihat setiap amal yang kita lakukan.

Teman,

Keberlangsungan itu, kita hadapkan dengan dua posisi. Dunia dan akhirat. Sungguh merugi orang yang terperosok kedalam dunia, tanpa berusaha untuk ‘memperosokan’ diri kepada Akhirat. Padahal, Imam Ali r.a pernah berkata bahwa diantara keduanya saling menolak. Jika kita memilih dunia, maka akhirat akan men-talaknya. Jika ia memilih akhirat, maka dunia akan men-talaknya. Bahkan beliau dalam suatu riwayat pernah menangis sangat ketika dalam qiyamulailnya, dan berkata :

“ Wahai dunia, menjauhlah dariku!!! Saya men-talak 3 kamu, pergilah….!!!”

Ikhwatal Islam,

Mari kencangkan sabuk keimanan kita, mari mengevaluasi diri kita, boleh jadi perasaan tidak bahagia karena kita tidak bisa memberi makan ‘hati dan jiwa’ kita. Kita terlalu lupa untuk memberi nutrisi. Kita semakin larut mempersiapkan ‘makan’ untuk jasad kita saja. Padahal jika hati dan jiwa kita sehat, Insya Allah jasad-pun akan sehat pula. Dan makanan untuk hati dan jiwa kita adalah Ilmu. Ilmu Dien ini. Datanglah kepada Majelis-Majelis Ilmu dan bersabarlah untuk duduk dan mendengarkan taujih-taujih pemateri. Sungguh itu akan membahagiakan diri hati dan jiwa kita, sehingga pandangan kita terhadap sesuatu yang tidak kita sukai akan berubah, dan akhirnya bersyukur atas apa-apa yang diberikan kepada kita meringankan kehidupan kita.

Maka perhatikan salah satu keutamaan mempelajari ilmu dalam hadits ini,

Barangsiapa yang datang mengunjungi tempat untuk mempelajari ilmu, maka Allah akan membukakan baginya pintu surga, dan para Malaikat akan membentangkan sayapnya dan mendo’akan baginya para Malaikat di langit dan seluruh ikan di laut. (H.R Abu Daud dan Tarmidzi)

Saudaraku...

Ah, saya selalu terpesona dengan keutamaan orang yang berilmu. Saya ingin menjadi bagian dari orang-orang yang berilmu. Izinkanlah saya untuk selalu bersama mereka, izinkanlah diri ini untuk terus mencintai mereka yang selalu membawakan ilmu-ilmu dengan Ikhlas. Jikalau harus memilih, biarkanlah saya lebih memilih mendapatkan Ilmu daripada memilih mendapatkan harta. Biarkanlah saya mendapatkannya. Karena harta akan hilang ketika dibelanjakan, sehingga akan lenyap pula. Akan tetapi Ilmu ketika dibelanjakan (Diajarkan), ia akan melipatgandakan isinya, kepahamannya, dan akan mendapatkan kebarokahan dari ilmu tersebut. Bukankah dengan ilmu pula harta akan mudah dicari???

Merehatkan diri sejenak ketika memahami apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i,

‘Barangsiapa mempelajari Al-Qur’an maka akan mulia kehormatannya. Barangsiapa mendalami ilmu fikih maka akan agung kedudukannya, barangsiapa mempelajari bahasa (arab) maka akan lembut tabiatnya. Barangsiapa mempelajari ilmu berhitung maka akan tajam nalarnya dan banyak idenya. Barangsiapa banyak menulis hadits maka akan kuat hujjahnya. Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya, maka tidak akan bermanfaat ilmunya.’ (Diriwayatkan dari Imam Syafi’i dari beberapa jalan, lihat Miftah Daris Sa’adah 1: 503)

(Kamis, 26 Juni 2012, Bersenandunglah Riuh Keimanan itu….)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts