Cinta dan Hidayah_Nya
Semerbak wangi kesejukan embun di
atas dedaunan , terhirup segar saat seorang akhwat
membuka jendela . Saat itu , waktu masih menunjukan pukul 04.00 pagi . Semilir
angin nan lembut menerpa wajah yang begitu ayu dan kerudung putihnya. Dia
begitu menikmati indahnya pagi setelah dia menghabiskan sepertiga malamnya
dengan-Nya.
Matanya terpusat pada satu bunga
berwarna putih . Namun pikirannya entah menerawang ke arah mana . Lalu tak lama
dia sedang termenung , terdengar suara hangat memanggilnya .
“Muth…Muth…sudah bangun ? “ Tanya
ibunya.
“Ya , Bu… Udah ko . Lagi nunggu
adzan Subuh .” Jawab Muth dengan halus .
“Ya sudah , ibu pergi ke pasar dulu yah . Nanti selesai
shalat Subuh beres-beres ya! “ Perintah sang ibu.
Muth hanya menganggukan kepala tanda
dia tidak keberatan dengan tugas itu . Sudah menjadi suatu kebiasaan sebelum
berangkat sekolah Muth beres-beres rumah terlebih dahulu.
Muth merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara . Namun di rumahnya seolah–olah dia adalah anak pertama . Sebab
hampir semua pekerjaan rumah dia kerjakan . Kakaknya sudah menikah dantinggal
bersama suaminya . Adiknya masih duduk di bangku sekolah dasar dan ayahnya
bekerja jualan buah-buahan di pasar bersama ibunya.
Walau dengan keadaan keluarga yang serba kekurangan dia tidak pernah mengeluh pada siapapun ,
apalagi pada Sang Pencipta. Tak pernah tersirat wajah bertekuk dalam harinya .
Selalu dia tebar salam dan senyum kepada semua temannya .
Semua pekerjaan rumah sudah terselesaikan
. Adiknya sudah berangkat sekolah sebelum pekerjaan rumah selesai . Muth juga
sudah siap untuk berangkat . Dia melangkahkan kaki kanannya terlebih dahulu
dengan ucapan bismillah . Dengan
senyuman , dia berdo’a pada Allah , semoga hari ini lebih baik dari hari
kemarin .
Di perjalanan menuju sekolah , dia
bertemu dengan Indah , temannya.
“Assalamu’alaikum…” Salam Muth
sambil mengulurkan tangan.
“wa’alaikumussalam …” Jawab Indah
dan menggapai tangan Muth.
“Ehm.. kayanya ada yang beda nih ? “
Kata Muth dengan kata menggoda.
“Hah ? Apa ? Perasaan biasa aja deh
… “
“Ah,yang bener. Tuh mahkota sekarang
lebih bersinar .”
“Maksudnya ? “
“Itu,kerudungnya. Kamu lebih cantik
dengan kerudungmu .”
“Oh…he..he.. Sedang belajar Muth .
Inikan saran kamu .”
“Ya,deh. Semoga istiqomah yah. “
“Insya Allah …Yu, jalan lagi ah!! “
Setiap hari mereka berangkat bersama
. Karena mereka sekolah di tempat yang sama yaitu di SMA Bakti Negeri . Jarak
antara sekolah dan rumah mereka tidak terlalu jauh . Jadi , tanpa menggunakan
kendaraan pun mereka dapat sampai ke sekolah .
Tak terasa , mereka sudah sampai di
sekolah . Sekolah yang keaadan saat itu masih sepi membuat langkah terasa
begitu luas . Tadi , di depan kelas X-6 , Muth dan Indah berpisah karena mereka
berbeda kelas . Muth di kelas XII IPA 4 dan Indah di kelas XII IPS 1.
Muth berjalan ke kelas sendirian .
Namun , tanpa disadarinya ada seorang ikhwan
yang memperhatikan dari arah kejauhan . Setiap hari ikhwan tersebut menyempatkan diri untuk memperhatikan Muth .
Sampai-sampai dia hamper seluruhnya tahu kegiatan yang dilakukan Muth di
sekolah .
Dia begitu mengagumi sosok bidadari
dambaannya. Dia cari-cari informasi tentang asal-usul Muth dari berasal
keluarga apa , alamatnya di mana , dan segalanya , dia terus mencari tahu .
“Muthaharoh Istiqomah . Aku di sini
mengharapkanmu . Tapi, aku tahu untuk saat ini , tak mungkin kamu tahu apa yang
ada di dalam hatiku . Allah telah menciptakanmu dengan begitu indah . Semoga
engkau bisa menjadi salahsatu hidayah untukku
. “ Katanya dalam hati dengan mata yang tak lepas dari Muth .
Muth memasuki kelas . Langkahnya
terhenti tepat di depan papan tulis .
Dia begitu kaget dengan apa yang dilihatnya . Dia melihat sosok dirinya sendiri
di papan tulis tersebut . Sebuah gambar akhwat
berjilbab yang begitu menawan bertuliskan namanya .
Selama beberapa saat , dia hanya
memperhatikan gambar tersebut . Perasaannya begitu campur aduk antara terharu ,
bahagia , dan penasaran . Muth begitu penasaran dengan orang yang menggambar
dirinya . Dia bingung karena di kelasnya belum ada satu orang pun yang datang
kecuali dirinya .
Tiba-tiba terdengar suara langkah
kaki menuju kelasnya . Muth buru-buru menghapus gambar tersebut . Belum selesai
Muth menghapus gambar tadi , Reza sudah memasuki kelas .
“Assalamu’alaikum…” Sapa Reza.
“Wa’alaikumussalam…” Jawab Muth
sambil sibuk menghapus papan tulis .
“Muth , sedang ngapain ? Rajin amat
.”
“Hmm,nggak ko . Lagi piket aja . “
“Piket ??Perasaan hari ini kamu gak
ada jadwal deh . “
“Emm,ya pengen aja piket , biar
bersih . “ Jawab Muth serba salah .
“Ya Allah , maafkan hamba . “ Kata Muth dalam hati .
“Oh iya Muth , PR Matematika udah
belum ? Ajarin dong ! Gak ngerti nih . “ Kata Reza .
“Oh…. Alhamdulillah sudah . Nomor berapa yang gak ngertinya ? “
“Bentar-bentar . “ Kata Reza sambil
mengambil buku dari tasnya .
“Ini nih, nomor 4 . Susah cari x-nya .”
“Oh…”
“Sini dong , ajarin ! Kamu mau
berdiri di situ aja ? “
“Dari sini aja deh . Gak enak . “
“Gak enak gimana ? “
“Za,,kita ini bukan muhrim . Gak
baik loh dekat-dekatan .
Apalagi di sini kita Cuma berdua . ” Jelas
Muth penuh senyuman .
“Oh… ngerti deh, Bu Ustadzah . “ Goda Reza .
“Aamiin…aamiin…
Ya udah ,sebutin aja soalnya , nantiaku jelasin di papan tulis . “
“Ok . Soalnya matriks A adalah
matriks berordo 2 x 2 yaitu 3 , -x dan 6
, 8. Diketahui determinannya sama dengan nol . Berapakah nilai x ? “
“Uhmm… gini nih caranya ……”
Muth menjelaskan di papan tulis
dengan lambat namun jelas . Reza tidak memperhatikan apa yang dijelaskan Muth .
Malah dia memperhatikan sosok bidadari idamannya itu .
Awalnya dia sedikit kecewa pada
bidadarinya itu . Karena dia menghapus gambar indah tadi di papan tulis . Namun
, kecewanya kini terobati . Karena sosok bidadarinya saat ini ada di hadapannya
, bukan sekedar gambar di papan tulis .
“Ngerti gak ? “ Tanya Muth sambil
menolehkan muka .
“Ah…apa-apa ? “ Jawab Reza yang baru
terbangun dari lamunannya .
“Ngerti gak ? “ Ulang Muth .
“Maaf Muth , belum ngerti . “ Jawab
Reza sambil garuk-garuk kepala .
“Ya sudah,aku ulang ya .
Pertama kita tulis dulu rumus determinannya
yaitu ad-bc , lalu…..”
Penjelasan Muth terpotong , karena
ada seseorang yang datang .
“Ehm…ehm… lagi ngapain kalian ? “
Tanya Jimmy yang datang dengan tiga teman laki-lakinya dan dua orang perempuan
.
“Oh…ini , kita lagi belajar
Matematika . “ Jawab Reza .
“Oh…kirain pacaran .” Goda Jimmy .
“Ah…kamu Jim . Masa seorang Muth ,
pacaran dengan cowok kaya dia . Gak mungkin. “ Kata Sams , salahsatu teman
Jimmy .
“Maksud kamu apa ? Aku gak pantes
gitu sama Muth ? “ Kata Reza dengan marah .
“Hey…sudah-sudah. Kalian ini kenapa
? Aku dan Reza lagi ngebahas PR Matematika . Diantara kami tidak ada hubungan
apa-apa . “ Jelas Muth tanpa meninggikan suaranya .
“Ok…Ok…” Jawab Sams.
Percekcokan pun berhenti . Jimmy and
the genk duduk di bangku masing-masing . Muth pun duduk di bangkunya yang tepat
ada di hadapan bangku Reza .
“Maaf ya Muth . “ Kata Reza .
“Gak apa-apa . “ Jawab Muth ditambah
senyuman yang menawan .
“Ya Allah , bidadari ini semakin
cantik saja kalau tersenyum . “ Gerutu Reza dalam hati .
Kelas semakin penuh . Sebentar lagi
bel tanda masuk akan berbunyi .
*
* *
Saat jam istirahat, Muth tidak seperti siswa
yang lainnya. Setiap istirahat dia mengunjungi mushola untuk shalat dhuha.
Selain itu juga, dia termasuk anggota rohis yang cukup aktif.
Tidak hanya sendiri,
Muth dengan tiga kawannya, Farah, Dina dan Sasa bersama-sama mengunjungi
mushola. Mereka juga termasuk anggota rohis. Diantara mereka, Muth lah yang
paling orang-orang dan khususnya anggota rohis segani. Muth menjabat sebagai
ketua akhwat. Dia begitu bijaksana dalam memecahkan masalah . Sehingga , tidak hanya anak rohis yang
resfect padanya tapi hampir semua siswa yang mengenalnya.
“Muth, emang benar ya,
Reza mau masuk rohis?” tanya Sasa setelah selesai shalat dhuha.
“Apa? Aku kok baru tahu
ya?”
Reza gak bilang apa-apa
ke aku.” Jawab Muth.
“Aku juga baru denger
tadi, dari akhi Dimas. Katanya nanti latihan besok, dia mau ikut.” Jelas Sasa.
“Oh… Alhamdulillah kalau begitu.” Jawab Muth.
“Emang menurut kamu,
dia pantas masuk rohis? Timpal Farah seenaknya.
Farah ini emang rohis
yang agak aneh. Dia terkadang ceplas-ceplos kalau bicara. Sering menyakiti hati
orang yang menjadi lawan bicaranya. Namun, setelah itu dia bercanda-canda lagi.
Membuat orang tertawa. Jadi, tak heran kalau ada Farah pasti di mushola
berisik.
“Hush…. Jangan begitu.
Harusnya kita
bersyukur. Mungkin aja dia mau berubah.” Kata Muth
“Semoga aja deh.” Jawab
Farah ketus.
Bel masuk berbunyi.
Mereka kembali ke kelas masing-masing.
* * *
Saat pulang sekolah,
Muth menunggu Indah di depan gerbang. Tapi, yang ditunggu belum juga datang.
Cuaca saat itu agak panas. Ditambah panas dengan semua pemandangan yang ada.
Di sekelilingnya,
siswa-siswa berhamburan dan berbauran. Tak ada hijab yang membatasi mereka.
Antara mereka yang bukan muhrim saling pegangan tangan, boncengan, berdua dan
ada juga yang mojok di kelas.
Sering dia menggerutu
pada dirinya sendiri atas keadaan semua ini. “Apakah ini kehidupan remaja Islam
saat ini?” tanyanya pada hatinya sendiri. Muth tak mampu berbuat apa-apa. Hanya
do’a yang selalu dia mohonkan pada Allah untuk memberikan hidayah pada mereka
semua.
Semaksimal mungkin dia
sering syiar dan dakwah, di kegiatan rohis ataupun OSIS. Kadang dia membentuk
khalaqah kecil-kecilan. Tapi, baru beberapa hari siswa-siswinya semakin
menyusut jumlahnya. “Kenapa dalam setiap kegiatan yang berbau kebaikan jumlah
orang yang berpartisipasinya hanya sedikit?”
Tak lama kemudian,
orang yang ditunggu pun datang. Indah berlari-lari menghampiri Muth.
“Muth, afwan jiddan lama menunggu. Tadi ada
kasus sebentar di OSIS.” Jelas Indah dengan nafas tersenggal-senggal.
“Kasus ? Kasus apa?”
tanya Muth
“Itu, Reza.” Kata Indah
tak selesai
“Reza? Ada apa?” tanya
Muth keheranan
“Tadi, Reza kepergok
berduaan dengan Sinta di kamar mandi oleh salah satu anggota OSIS.”
“Apa? Gak mungkin,
Ndah. Reza gak seperti itu.”
“Aku juga gak tahu
pasti. Sekarang Reza sedang menghadap Pak Mirza.”
“Ya Allah…. Ada apa
lagi dengan Reza?”
desahnya.
* * *
Sang raja merah sudah
membagikan rahmat-Nya ke seluruh penjuru dunia. Embun pagi memantulkan
cahayanya. Terdengar suara gemericik air nan berirama. Sayup-sayup terdengar
kicauan burung bernyanyi. Nampaknya hari ini adalah hari yang begitu cerah.
Secerah hari, secerah
hati. Muth berangkat dengan penuh keceriaan. Seperti biasa, Muth menunggu Indah
di persimpangan jalan. Namun, keceriaannya sedikit luntur setelah melihat
keadaan Indah. “Ya Allah …” desah Muth dalam hati.
Indah kembali tidak
memakai jilbab. Dia kembali seperti Indah yang dulu. Indah yang memakai rok
pendek di atas lutut, baju ketat pas-pasan, rambut digeray dibiarkan diterpa
angin dan cahaya matahari.
Indah menyadari
kekagetan Muth,
Indah langsung bicara.
“Muth, maafkan aku ya‼
Aku belum bisa istiqamah….”
“Emang kenapa? Bajumu
basah?”
“Oh…enggak.
Tapi….tapi…”
“Tapi, kenapa? Ada
masalah?
“Heuh… gak ada kok.”
Jawab Indah menutupi.
“Gak usah bohong.
Bohong itu dosa loh… he…” gurau Muth.
Indah melangkahkan
kakinya. Muth berusaha mengikutinya. Lalu, sambil berjalan Muth kembali
bertanya, sebenarnya ada apa. Tapi, tetap Indah tidak menjawab.
Mereka pun sudah tiba
di sekolah. Indah berjalan menuju kelasnya tanpa pamitan pada Muth. Muth
bingung dengan sikap Indah hari ini. Muth berjalan menyusuri koridor sambil
memikirkan Indah. Di kepalanya penuh tanda tanya tentang semua itu. Namun tiba-tiba
dia dikagetkan oleh Reza..
“Hey….ngelamun teruz.” Teriak
Reza sambil menepuk bahu Muth. Dengan sigap Muth langsung melepas genggaman
Reza.
“Afwan….” Kata Muth
“Eh….eh…. maaf-maaf.
Gak ada maksud ko.”
Muth tak menjawab
perkataan Reza lagi. Dia langsung jalan kembali menuju kelasnya. Reza langsung
mengejarnya.
“Muth, kamu marah?”
“Apa? Enggak ko.”
“Terus kenapa? Ada
masalah dengan peganganku tadi? Maafin aku ya!”
“Ya… ya dimaafin.”
“Emang ada apa sih, ko
kayaknya sekarang ini kamu beda?”
“Beda? Ah … enggak.
Biasa aja.”
“Emm … can I help you?”
“No, you can not, he …
udah ah … gak ada apa-apa ko.”
“Yo wish lah. Kalau nda
mau cerita.”
Muth hanya menjawabnya
dengan senyuman. Reza kembali berdebar-debar melihat senyuman bidadarinya itu.
* * *
Saat jam istirahat
pertama, setelah shalat dhuha, Muth dan Farah mengunjungi perpustakaan.
Melihat Muth dan Farah
menuju perpustakaan, Reza buru-buru menghampirinya. Dengan ucapan salam Reza
berusaha bergabung dengan mereka. Seperti biasa Muth hanya tersenyum sedangkan
Farah ketus menjawab salamnya. Melihat sikap Farah, Muth tertawa kecil. Lalu
teringat kejadian kemarin.
“Oiya Za, kemarin
katanya….?” Pertanyaan Muth belum selesai, Reza langsung menjawab.
“Jangan percaya Muth.
Please, believe me!”
“Huh … sok Inggris.”
Timpal Farah
“Eh, serius. Kemarin
aku dijebak sama Jimmy.”
“Apa ? Jimmy? Emang ada
masalah apa?” tanya Muth heran.
“Kemarin aku tuh
mergoki dia dengan cewek lagi berdua-duaan di belakang WC. Lalu aku berniat
melaporkan hal itu pada Pak Mirza. Tapi saat aku baru mau melangkah, Sams dan
Jon langsung memukul dan menyeretku masuk WC. Lalu tiba-tiba Sinta masuk dan mengunci pintu itu.
Dia mengancam akan berteriak diperkosa jika aku keluar dari WC. Ya sudah aku
diam saja. Eh … gak nyangkanya, mereka lapor anak OSIS. Anak OSIS nyangkanya
aku yang salah.” Jelas Reza dengan mimik yang meyakinkan.
Mendengar itu, Farah
hanya mengangguk-ngangguk tanda mengerti.
“Siapa akhwat yang bersama Jimmy?’ tanya Muth.
“Maaf, Muth sebelumnya
… cewek itu teman kamu.”
“Siapa?” Muth tambah
kaget
“Eumm …. In….dah.”
jawab Reza.
“Apa?” kaget Muth dan
Farah berbarengan.
Reza hanya menganggukan
kepala.
“Apa ini, alasan dia
membuka kerudungnya kembali?” Pikir Muth dalam hati
* * *
Muth tidak terlalu
memperdulikan rasa kecewanya pada Indah seperti biasa dia menunggu Indah di
gerbang. Belum lama menunggu, terdengar suara gas motor tepat di belakangnya.
Raungan motor itu seperti disengaja. Muth hanya diam, tidak memperdulikannya.
Tapi, motor tersebut semakin menjadi-jadi, meraung semakin keras. Terpaksa Muth
menolehkan mukanya dan ternyata pengendara motor itu adalah Jimmy.
Muth hanya menghela
nafas melihat cengiran Jimmy tapi kaget setelah melihat akhwat yang diboncengnya. Akhwat
itu orang yang dia tunggu dari tadi. Indah. Benar, dia adalah Indah.
Indah sengaja pura-pura
tidak melihat Muth. Matanya diarahkan ke jalan sana. Tanpa berfikir panjang
Muth memanggil Indah.
“Ndah, kamu mau pulang
bareng Jimmy?” tanya Muth.
“Nggak langsung pulang
lah, jalan-jalan dulu.” Jawab Jimmy dengan gaya seenaknya.
“Indah …. Indah ….”
panggil Muth
Yang dipanggil tidak
menoleh.
“Sudah ya. Aku cabut
duluan. Dadah‼!” teriak Jimmy sambil menjalankan motornya.
Muth hanya terdiam
melihat semua itu. “Ya
Allah, lindungi Indah, ya Allah.” Doanya.
Di kejauhan sana, Indah
juga merasakan hal yang sama. Indah merasa gak enak dengan Muth. Tapi, hatinya
tidak mau melepaskan Jimmy, orang yang selama ini ia impi-impikan. Dia begitu
bahagia karena
kemarin, Jimmy menemui dan memuji dirinya. Jimmy memuji Indah bahwa Indah adalah
wanita yang beda dan cantik, apalagi kalau tidak memakai kerudung. Nah, dari
perkataan gombal itulah, Indah membuka kerudungnya kembali. Sungguh, cinta
nafsu hanya bisa merusak segalanya.
Sepanjang perjalanan,
Indah merangkul Jimmy (pemandangan yang tidak patut diperlihatkan). Jimmy
enjoy-enjoy saja dengan apa yang dilakukan Indah. Indah sudah dibutakan oleh
cintanya sendiri. Padahal sebelumnya Indah berjanji pada dirinya sendiri akan
merubah sikapnya seperti apa yang disarankan Muth.
* * *
Berbeda dengan Indah,
Reza mendapatkan hidayah melalui pergaulannya dengan Muth dan teman-teman rohisnya. Reza mulai mencari jati dirinya sendiri
melalui rohis. Ia banyak belajar agama pada mereka.
Pernah suatu hari, dia
sengaja menyempatkan waktu bersilaturahmi ke rumah Dimas. Dimas adalah ketua
rohis yang banyak orang segani karena kearifannya. Reza bermaksud memperjelas
keinginannya masuk rohis.
Kedatangan Reza
disambut hangat oleh keluarga Dimas. Reza yang sebelumnya konfirmasi dulu pada
Muth, tak menyangka akan disambut seperti ini. Walaupun keadaan rumah Dimas tak
senyaman keadaan rumahnya, tapi suasananya jelas berbeda seratus delapan puluh
derajat dengan suasana di rumahnya.
Setiap hari rumah Reza
sepi, kedua orangtuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Berangkat pagi pulang petang. Hampir bertatap muka
dengan Reza pun jarang. Sering Reza mengeluhkan hal itu pada Mang Didin, tukang
kebunnya. Tapi, apalah daya seorang pekebun. Tak bisa berbuat apa-apa selain
menjadi pendengar yang baik.
Suasana seperti di rumah
Dimas inilah yang ia idamkan.
Ibu yang selalu ada di rumah dan ayah yang tidak terlalu sibuk dengan
pekerjaannya.
Melihat Reza yang diam
saja Dimas berinisiatif mengawali pembicaraan ini.
“Akhi, gimana kabarnya?” kata Dimas dengan sopan.
“Ah…Euh….apa?”
gelagapan Reza yang baru sadar Dimas ada dihadapannya.
“Akhi, gimana kabarnya?” ulang Dimas plus senyuman
“Ooh….baik-baik” jawab
Reza
“Katanya ada perlu ya?”
tanya Dimas
“Oh… iya nich, jadi ga
enak” jawab Reza sambil garuk-garuk kepala.
“Gak apa-apa, santai
aja.”
“Eu… gini, aku
bermaksud masuk rohis, boleh gak orang seperti aku menjadi anak rohis?”
“Tentu boleh. Gak perlu
merendah seperti itu. Siapapun berhak untuk masuk rohis. Kalau boleh tahu, apa
alasan akhi ingin masuk rohis?”
“Pengen berubah aja. Selama
ini aku tak tahu harus berjalan ke mana. Bingung, tak ada tujuan. Tapi setelah
melihat seseorang yang ada di rohis, aku termotivasi untuk mempelajari
kehidupan rohis dan ternyata memang luar biasa.”
“Ah, biasa saja, akhi. Kami ini hanya manusia biasa, yang
luar biasa hanya Allah. Mungkin karena hidayah-Nya kita semua bisa seperti ini.
Tadi, akhi bilang ada seseorang yang
membuat akhi termotivasi, memang
siapa?”
“He…he….” Reza tak bisa
menjawab. Dia hanya tertawa kecil mendengar pertanyaan Dimas.
“Lho, ko ga di jawab? Akhwat ya akhi?” tanya Dimas.
“Iya, Mas. Maaf ya”
jawab Reza sambil senyam-senyum.
“Oh… gak apa-apa.
Mungkin awalnya saja karena akhwat,
tapi seoga saja seterusnya karena Allah.
“Amin, Insya Allah.”
“Akhi tahu hadits ini :
“Aku
selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku dan Aku selalu menyertainya. Jika ia
berdzikir kepada-Ku. Jika ia berdzikir kepada-Ku dalam hatinya, Aku ingat
kepadanya dalam diri-Ku dan jika ia dzikir kepada-Ku dalam majelis banyak,
niscaya Aku ingat dia dalam kumpulan yang lebih banyak dalam kumpulannya. Jika
ia mendekatkan diri kepada-Ku satu jengkal maka Aku mendekat kepadanya satu
hasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku mendekat kepadanya
satu depa, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya
dengan berlari kecil.” Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.
“Wow… it’s amazing,” kata Reza
“Subhanallah akhi….” Kata Dimas
“Eh…. Iya. Maaf. Subhanallah…” kata Reza dengan muka yang
agak memerah
“Ya, hadits tadi
menjelaskan betapa penyayangnya Allah kepada umatnya. Dia tidak membiarkan
hamba-Nya sendirian. Semoga dengan niat akhi mendekatkan diri kepada Allah,
Allah senantiasa mencurahkan hidayah-Nya. Aamiiin.”
“Amiiin….”
Reza dan Dimas ngobrol
keasyikan. Reza yang baru kali ini mendapatkan teman bicara yang religius
merasa sangat nyaman. Waktu terus berlalu dan menunjukkan pukul 16.00. Reza berpamitan dan
mengucapkan terima kasih pada Dimas. Tak lupa Reza pun pamitan pada Ibu Dimas.
* * *
Keesokan harinya, di
sekolah, Reza mendapati Indah sedang menangis sesegukan di kelasnya. Saat itu
belum ada satu orang pun yang datang. Begitupun dengan Muth yang biasanya sudah
datang.
Reza menghampiri Indah
dengan hati-hati.
“Indah, kamu kenapa?”
tanya Reza
Tapi, Indah tidak
menanggapi pertanyaan Reza. Indah terus menangis. Reza bingung harus berbuat
apa. Tak ada seorang pun yang dapat membantunya.
Muth pun tiba di
sekolah. Saat masuk kelasnya, dia melihat Indah sedang menangis dan Reza yang
mondar-mandir kebingungan. Muth langsung menghampiri mereka.
“Ada apa?” tanya Muth
pada Reza.
“Aku gak tahu, saat aku
tiba di kelas, dia sudah menangis” jelsa Reza.
“Indah, kamu kenapa?”
tanya Muth hati-hati dan lembut.
Indah langsung memeluk
sahabatnya. Dia menangis semakin keras dan deras tanpa menjawab pertanyaan
Muth. Muth berusaha menenangkannya. Muth pikir ini pasti ada hubungannya dengan
Jimmy.
Setelah Indah tenang,
Muth mencoba menanyakan kembali, sebenarnya apa yang terjadi. Indah menjelaskan
semua yang terjadi dengan sesegukan. Ternyata kemarin, saat Indah dan Jimmy
jalan-jalan, Indah dibawa ke rumah temannya. Di sana, dia diajak dugem,
minum-minuman keras dan pesta narkoba. Melihat semua itu, Indah langsung ingin
pulang. Namun, Jimmy menghalanginya. Indah dipaksa minum-minuman keras, Indah
bersikeras ingin pulang. Tapi semakin keras Indah memberontak, Jimmy semakin
kasar pada Indah.
Indah menunjukkan bekas
tamparan dan pukulan Jimmy pada Muth. Indah trauma dengan semua itu. Setelah
kejadian itu dia berjanji pada dirinya sendiri akan kembali pada jalan yang
benar, jalan yang penuh rahmat-Nya.
Mendengar hal itu, Muth
dan Reza bahagia dan bersyukur.
* * *
Di mushola, saat
latihan rohis, anak-anak membicarakan Reza, karena hari itu, hari pertamanya
Reza latihan.
Semua anak tahu, selama
ini Reza seperti apa. Reza termasuk anak yang nakal dan brutal. Namun,
kedatangannya saat ini di rohis menggemparkan semua pihak.
“Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh” salam Dimas
“Wa’alaikumusalam
warahmatullahi wabarakatuh” jawab semua anggota rohis.
“Alhamdulillah, kali
ini Allah masih memberikan kita kesempatan untuk bisa bertatap muka pada
latihan rutin rohis ini. Alhamdulillah juga kali ini kita kedatangan anggota
baru dari kelas XII IPA 4, yaitu akhi Reza. Untuk lebih jelasnya saya
persilahkan akhi Reza untuk berbicara di depan” jelas Dimas.
Reza berjalan menuju
mimbar. Hatinya dag-dig-dug tidak karuan. Dia yakin dibalik hijab sana ada Muth
mendengarkannya.
“Bismillahirahmanirahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Kata Reza.
“Wa’alaikumusalam
warahmatullahi wabarakatuh” jawab semuanya dengan kompak.
“Terima kasih, kepada
Dimas, Eh… maaf maksudnya akhi Dimas yang telah memberikan kesempatan berbicara
untuk saya. Diperjelas, nama saya Reza Nur Fadillah dari kelas XII IPA 4
bermaksud mengikuti ekstrakurikuler rohis. Alasan saya masuk organisasi ini
adalah untuk menambah pengetahuan tentang ilmu agama, lebih mendekatkan diri
kepada Allah, dan merubah sikap dan sifat buruk saya. Saya masuk organisasi ini
karena saya termotivasi pada seseorang yang pernah saya gambar di papan tulis.
Dia begitu berkharisma dan berwibawa dengan ke-Islamannya. Saya mohon bantuan
kepada rekan-rekan semua untuk bisa membantu saya. Mungkin cukup sekian dari
saya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
Muth tercengang mendengar
semua itu. Terngiang kata-kata Reza yang menyebutkan gambar di papan tulis
adalah orang yang membuat dia termotivasi. “Bukankah gambar itu aku?” tanya
Muth pada hatinya.
* * *
Sepulang latihan, Reza
menghampiri Muth.
“Ukhti, maafin saya ya?” kata Reza
“Oh….gak apa-apa,
akhi.” Jawab Muth bingung harus berkata apa.
“Masalah gambar, memang
itu saya yang buat dan ukhti memang sumber inspirasi saya.”
“Syukran sebelumnya. Tapi …”
“Kenapa?”
“Saya rasa itu kurang
baik.”
“Oh…. Saya mengerti.
Tapi jujur ukhti saya mencintai ukhti.”
Mendengar hal itu, Muth
diam seribu bahasa. Dia tidak menyangka Reza mengatakan semua itu.
“Akhi, cinta itu
fitrah. Tapi, untuk sekarang ini belum waktunya. Kalau emang kita berjodoh,
pasti suatu hari nanti cinta akhi akan tersalurkan.” Jawab Muth penuh
kebijaksanaan.
“Iya, saya yakin.
Maafkan saya ya.”
“Sama-sama.”
Tiba-tiba, Indah datang
mengagetkan. Indah tertawa melihat mereka berdua. Indah mendengar semua
percakapan mereka. Sehingga Muth
dan Reza merasa malu.
* * *
Hari ke hari, Muth,
Reza, Indah, dan anak rohis lainnya semakin erat dalam ukhuwah Islamiyahnya.
Pergaulan yang dulu penuh kegelapan kini penuh cahaya yang terang benderang.
Sungguh, hanya
Allah-lah yang dapat membolak-balikan hati manusia. Tapi, Allah pun akan
mengikuti apa yang diinginkan hambanya. Tinggal hambanya yang memilih antara
air atau api. Air yang penuh dengan kesejukan rahmat-Nya atau api yang akan
membakar habis dirinya.
Iman, Islam, dan ke-Istiqamah-an adalah kunci dari
kehidupan ini. Tanpa iman apalah artinya Islam dan keimanan akan runtuh tanpa
adanya ke-Istiqamah-an. Islam adalah
satu-satunya agama yang diridhoi Allah yang wajib kita imani dan tiang yang
paling kokoh untuk pondasi itu semua adalah ke-Istiqamah-an
kita dalam kebenaran.
SELESAI
hmmmmmm.... kayak kenal cerita ini....
BalasHapusyang nulisnya pun kayanya kenal juga...hihihihih
hehe.. iya penulisnya Ukhti Ita Muthahharoh.. ukhti khabirmu..:)
BalasHapus